Jakarta (koranpedoman)- Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan dampak pelemahan kurs rupiah terhadap dolar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) belum terlihat pada tahun ini. “Dampaknya baru terasa tahun 2015, saat pemerintah mengubah anggaran,” katanya di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa, 16 Desember 2014.
Menurut Askolani, akan ada tambahan kebutuhan anggaran tertentu karena kurs rupiah terus melemah. Pemerintah, kata dia, kini mulai membahas Rancangan APBN Perubahan 2015. Perubahan yang dibahas termasuk proyeksi inflasi dan nilai subsidi bahan bakar minyak. Askolani mengatakan wacana perubahan mekanisme subsidi BBM masih dibahas. “Semua sedang di-review agar semua bisa diselesaikan dan Januari bisa masuk (Dewan Perwakilan Rakyat),” ujar Askolani.
Bank Indonesia mencatat kurs tengah pada Selasa, 16 Desember 2014, yakni Rp 12.900 per dolar Amerika. Sejak awal Desember 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar sudah melemah 5,2 persen. (Baca juga: Pelemahan Rupiah Lebih Parah dari 2008)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pelemahan kurs tidak hanya dialami oleh Indonesia. Bahkan, kata Bambang, depresiasi rupiah termasuk yang paling rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lain. Menurut Bambang, selama dua hari terakhir, rupiah melemah 2 persen. Angka ini relatif rendah jika dibandingkan dengan rubel Rusia yang melemah 10,2 persen dan lira Turki yang turun 3,4 persen. “Hanya Brasil yang lebih rendah yaitu 1,6 persen,” katanya.
Bambang mengatakan pelemahan rupiah sejak awal tahun hingga saat ini mencapai 4 persen. Angka ini, kata dia, juga termasuk rendah jika dibandingkan dengan rubel Rusia yang mencapai 48 persen, lira Turki 8,9 persen, dan real Brasil 12,4 persen. (sumber Tempo.co).***