Syamsul Bahri M.Kasim (Deadline News/koranpedoman.com)-Touna-Pelaksanaan Festival Bahari Kepulauan Togean dikeluhkan sejumlah warga Masyarakat Kepulauan Togean, pasalnya pelaksanaannya tak tepat sasaran. sebab namanya saja Festival Bahari Kepulauan Togean harusnya tempat pelaksanaannya di tempat objeknya.
Seperti yang diungkap salah satu warga Masyarakat yang enggan namanya dikorankan saat ditemui awak media ini sedang berada diatas kapal menuju Kepulauan. Ia mengatakan, sejauh ini Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata melihat objek wisatanya tak konsisten, mereka hanya mementingkan persoalan pribadi selanjutnya hanya untuk mengambil keuntungan sendiri katanya.
Dicontohkannya seperti pelaksanaan Festival Bahari yang sedang dilaksanakan di Kecamatan Tete, sebetulnya kata dia itu tak tepat sasaran, seharusnya itu dilaksanakan pada lokasi objek wisatanya, kenapa harus diobjeknya, sebab saat ini Pemerintah Daerah sedang mempromosikan Togean sebagai destinasi pariwisata, kenapa itu harus dilaksanakan di tempat lain. artinya bahwa Pemda kita tak serius tangani persoalan ini katanya.
Yang lain dicontohkannya, bahwa telah ada dibangun Dive Center dan fasilitas lengkap, namun katanya fasilitas tersebut tak pernah difungsikan bahkan saat ini fasilitas didalamnya suda tak ada lagi, semuanya telah ditarik ke Ampana, yang hingga saat ini alasan penarikan itu tidak jelas. ketika ditanya bagaimana anda melihat kemajuan kepariwisataan dikepulauan Togean, Ia mengatakan, sudah hampir dua puluh tahun ini. kemajuan pariwisata sama sekali tak ada, semua ini dilihat dari perkembangannya sebab apa yang dibuat harusnya berhasil, namun sampai sejauh ini pencapaian keberhasilannya tidak ada katanya.
Misalnya Danau Ubur – Ubur yang selama ini telah dijadikan objek wisata dan bahkan telah dibangun akses, akan tetapi tidak tau bagaimana menjaga dampaknya atau melindunginya karena saat ini Ubur -Ubur tersebut sudah banyak yang mati. yang lain dikatakannya, jembatan bakau sampai saat ini tidak diketahui asas manfaatnya, apakah itu hanya menjadi tempat kunjungan tapi perlindungannya tak ada, dan bahkan jembatan tersebut telah rusak
Malenge dikenal dengan species monyetnya dan itu sudah semakin banyak, namun sejauh ini strategi perlindungannya tak ada, yang lebih mengherankan lagi katanya, Realy Foto hingga saat ini tujuannya apa, apakah hanya untuk kompetisi atau tujuan promosi pariwisata. sebab kata dia, hingga saat ini pemenang dari Realy Foto itu sendiri tidak diketahui. jadi Ia menilai Realy Foto tersebut hanya dijadikan untuk ajang dokumentasi, bukan promosi.
Bisa dibayangkan, untuk mendatangkan peserta reali foto itu sendiri memakan anggaran hingga Seratus Lima Puluh Juta Lebih ( 150. 000,000 lebih). anggaran yang begitu besar lantas asas manfaatnya tidak ada, yang rugi adalah negara dan masyarakat kepulauan. apalagi katanya dalam program Realy Foto itu harusnya melibatkan wisatawan asing, sebab kegiatan ini sifatnya promosi. namun yang terlihat hanyalah lokal Foto graver katanya ***.