Dari pada bersitegang menghabiskan energi berdebat di media sosial, sebaiknya para timsukses calon kepala daerah baik Gubernur, Walikota maupun Bupati bekerja keras untuk menarik simpati masyarakat agar pasangan calonnya bisa menang.
Timsukses sangat wajar menjagokan dan membanggakan pasangan calonnya. Tapi sangat tidak wajar jika gara-gara mendukung salah satu pasangan calon lalu sesama anak bangsa saling berkonflik. Ini bukan saatnya tunjuk jago dan keberanian berkelahi. Tapi saatnya adu program yang dapat direalisasikan kelak jika terpilih untuk kemaslahatan masyarakat, daerah dan negara.
Cukuplah konflik masa lalu yang telah menyita energi, pemikiran dan harta benda masyarakat. Kini saatnya membangun perekonomian daerah, mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat. Menurunkan angka kemiskinan dan memajukan daerah. Menggali potensi sumber pendapatan asli daerah dan mengurangi tindak pidana korupsi. Buatlah masyarakat kita menjadi masyarakat aktif dan memilih secara cerdas dan demokratis. Jangan ajari masyarakat kita memilih karena uang. Tapi buatlah mereka simpati dengan tindakan dan program, sehingga jika perlu mereka yang berpartisipasi mendukung dan memilih kandidat yang mereka anggap baik.
Minimnya pasangan kandidat kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk bersaing merebut hati dan simpati rakyat pada pemilukada 9 Desember 2015 mendatang, menunjukkan betapa mahalnya biaya pilkada. Karena hanya orang-orang berduit yang bisa tampil. Meraka harus serahkan mahar ke partai politik pendukungnya yang jumlahnya miliyarad rupiah. Olehnya para timsukses jangan main-main, tapi lebih serius dan bekerja keras, sehingga rakyat dapat memilih calon anda.
Rebutlah hati rakyat dengan bekerja keras, bukan karena memberikan uang kepada mereka. Cukuplah partai pendukung yang dibayar jangan lagi bayar rakyat. Karena pada akhirnya korupsi akan timbul ketika terpilih. Sebab ingin mengembalikan ongkos politik yang telah dikeluarkannya begitu banyak. ***