Bang Doel (deadline-news.com)-Tidaklah salah jika tagline pasangkayu memanggil Yaumil (Paman Yaumil).
Pasalnya lelaki yang bernama lengkap Yaumil Ambo Djiwa,SH ini adalah salah seorang tokoh dibalik pemekaran Kabupaten Mamuju Utara yang sekarang berganti nama Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat.
Mengapa tagline Paman Yaumil? Tentu jawabannya ya itu tadi, karena dialah salah seorang dari sekian banyak tokoh pemekaran yang aktif berjuang sejak awal hingga pasangkayu jadi daerah otom yang definitif di Sulbar sampai sekarang.
Majunya Yaumil di Pilkada Pasangkayu 2020 banyak yang menganggap melanggengkan dinasty Ambo Djiwa. Padahal sesungguhnya Yaumil memiliki hak politik yang sama dengan tokoh politik lainnya.
Apalagi Yaumil punya andil besar dalam pembentukan dan pemekaran Kabupaten Pasangkayu yang sebelumnya dibawa kekuasaan Provinsi Sulawesi Selatan dengan status kecamatan.
Yaumil punyak hak dipilih dan memilih. Dan rakyat berdaulat yang menentukan pemimpinnya, sehingga tidak benar jika dikatakan melanggengkan dinasty kekuasaan Agus Ambo Djiwa.
Sebab rakyat berdaulat yang memilih pemimpinnya, bukan penunjukkan dari seorang Raja untuk berkuasa dan memimpin.
Yaumil secara politik memiliki talentah dan sangat piawai serta berpengalaman. Bagaimana tidak, Yaumil pernah menjabat sebagai kepala Desa Sarudu.
Kemudian ketua kecamatan Partai Golkar lalu terpilih jadi ketua DPD Partai Golkar Mamuju Utara yang sekarang Pasangkayu.
Bukan itu saja tapi Yaumil juga dua periode jadi ketua DPRD Matra ketika itu sekarang Pasangkayu.
Walau kemudian pada dua pileg berikutnya harus puas di posisi wakil ketua karena dikalahkan rival politiknya yang notabene adik kandungnya sendiri yakni Agus Ambo Djiwa.
Agus Ambo Djiwa adalah ketua DPC PDIP Matra ketika itu, yang juga sebagai Bupati dua periode sehingga mampu meraih 5 kursi di DPRD MATRA saat itu.
Namun ketika pergeseran pimpinan partai berlambang banteng moncong putih itu beralih dan Agus Ambo Djiwa dan naik satu level ke provinsi yakni ketua DPW PDIP Sulbar, perolehan kursi di Pasangkayu turun drastis dari 5 tinggal 3.
Sedangkan Golkar tetap mampu bertahan pada posisi wakil ketua dibawa pimpinan Yaumil Ambo Djiwa dengan perolehan 5 kursi. Sedangkan rival politik utamanya adalah Hanura diposisi ketua dengan raihan 6 kursi.
Adalah Drs.H.Muhammad Saal sebagai ketua DPC HANURA Pasangkayu yang notabene wakil Bupati Pasangkayu dua periode.
HM.Saal sendiri akan menjadi rival politik Yaumil di Pilkada Pasangkayu 2020-2025.
Kontestasi politik 5 tahunan daerah itu bakal diikuti hanya 3 pasang calon yakni Yaumil Ambo Djiwa (Golkar) akan berkoalisi dengan PDIP yang mengusung Hj.Herni (Yaumil-Herni).
Sedangkan dua pasangan rival politiknya yakni HM.Saal -Musawir Azis Hisam koalisi HANURA, DEMOKRAT dan NASDEM. Sementara dari jalur Independen adalah pasangan Abdullah Rasyid – Yusri Nur.
Sangatlah pantas jika Yaumil Ambo Djiwa maju di Pilkada Pasangkayu. Masalahnya perjuangannya belum usai. Pasangkayu masih butuh pengawalan dan kepemimpinan yang mengerti kebutuhan rakyat.
Artinya perjungan pemekaran yang telah ditorehkan Yamiul Ambo Djiwa bersaudara harus dibangun dan dikembangkan seperti daerah lainnya.
Apalagi potensi alamnya sangat mendukung. Mulai dari pertanian, pertambangan dan Gas serta meneral banyak terkandung dalam perut bumi Pasangkayu. Makanya tidak heran jika Pasangkayu dijuluki daerah sepotong Sorga.
Yaumil lahir dan besar di wilayah Pasangkayu tepatnya di Desa Sarudu. Ayahnya bernama Ambo Djiwa adalah tokoh di daerahnya. Ambo Djiwa adalah kepala Desa di daerah itu.
Jiwa kepemimpinan duo Ambo Djiwa yakni Yaumil Ambo Djiwa dan Agus Ambo Djiwa turun dari ayahnya. Mereka berdarah campuran Bugis Wajo dengan Mamuju dan Kaili serta Mandar.
Sehingga seorang kawan bernama Muis menyebutnya pasangan Yaumil – Herni refresentasi suku yang ada di Pasangkayu yakni Suku Mamuju, Mandar, Kaili, Bugis, Jawa dan Bali. ***