IKLAN 160X600
IKLAN 160X600
IKLAN 970X350 IKLAN 970X250 IKLAN 970X250
Laporan UtamaWisata

Malahayati, Perempuan Tangguh Dari Tanah Rencong

32
×

Malahayati, Perempuan Tangguh Dari Tanah Rencong

Sebarkan artikel ini
IKLAN 970X250 IKLAN 696X408 IKLAN 696X408 IKLAN 970X250 IKLAN 970X250 IKLAN 800X638

Zwaeb Laibe (deadline-news.com)-ACEH – Orang Aceh patut berbangga memiliki seorang perempuan tangguh, Laksamana Malahayati. Laksamana perempuan pertama di dunia, perempuan yang membunuh Cornelis De Houtman, pemimpin armada kapal dagang Belanda. Dia juga dikenal sebagai seorang diplomat ulung.

Nama aslinya Keumalahayati, putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya, ayah dari Mahmud Syah, juga seorang laksamana, namanya Laksamana Muhammad Said Syah. Sang kakek adalah putra Sultan Salahuddin Syah yang memimpin Kerajaan Aceh sekitar tahun 1530 – 1539 Masehi. Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Ibunya meninggal dunia saat Malahayati masih kecil.

IKLAN 280X280

Malahayati menjabat sebagai laksamana Kesultanan Aceh selama masa pemerintahan Sultan Alauddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil, sekitar tahun 1589 – 1604 Masehi. Dizamannya, perempuan tangguh yang diperkirakan lahir pada tahun 1575 ini, berhasil mengantarkan Aceh menjadi kerajaan yang sangat disegani. Kehebatannya diakui semua bangsa yang berhubungan dengan Kerajaan Aceh ketika itu. Dia berhasil menjaga stabilitas Selat Malaka.

Malahayati mendapat pendidikan militer pada Mahad Baital Makdis, sebuah Akademi Militer milik Kesultanan Aceh. Dia memilih jurusan Angkatan Laut. Di akademi ini, Malahayati berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior. Keduanya saling jatuh cinta. Sepasang kekasih ini pun sepakat menikah setelah sama-sama lulus dan menyandang gelar perwira angkatan laut.

Dalam suatu pertempuram melawan Portugis di Teluk Haru, armada Aceh sukses menghancurkan para tentara Portugis. Namun, kesuksesan perang yang dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukammil itu harus dibayar mahal dengan gugurnya sekitar seribu orang pasukan tempur Kesultanan Aceh, termasuk suami Malahayati yang juga seorang laksamana yang saat itu menjabat sebagai Komandan Protokol Istana Darud-Dunia.

Sejak suaminya gugur dalam perang itu, Malahayati berjanji akan menuntut balas dan bertekad meneruskan perjuangan sang suami, meski seorang diri. Dia pun meminta kepada Sultan Al-Mukammil untuk membentuk armada laut Aceh, yang semua prajuritnya terdiri dari janda-janda yang suaminya gugur dalam perang Teluk Haru. Armada ini dikenal dengan nama Inong Balee, berkekuatan 2.000 orang janda.

Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Mahayati mengkoordinir pasukannya di laut, mengawasi berbagai pelabuhan yang berada di bawah penguasaan Syahbandar Kesultanan Aceh. Teluk Lamreh Krueng Raya dijadikan sebagai pangkalan militernya. Di sekitar teluk ini, ia membangun Benteng Inong Balee di atas perbukitan yang ketinggiannya 100 meter dari permukaan laut. Benteng batu yang dindingnya selebar 3 meter ini menghadap ke laut dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu teluk.
Dari balik benteng, pasukan Inong Balee mengintai armada-armada Portugis, Belanda, dan Inggris di Selat Malaka.

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Malahayati, ketika dua kapal dagang Belanda yang dipimpin dua bersaudara, Cornelis dan Frederick De Houtman mengunjungi Aceh . Sejumlah orang Belanda terbunuh, termasuk Cornelis de Houtman yang terbunuh di ujung rencong Malahayati.

Peristiwa itu terjadi saat dua buah kapal Belanda bernama De Leeuw dan De Leeuwin yang masing-masing dipimpin oleh Cornelis dan Frederick De Houtman, berlabuh di ibukota Kesultanan Aceh. Awalnya, kedatangan rombongan ini mendapat perlakuan yang baik dari pihak kesultanan karena kepentingan hubungan perdagangan.

Namun, dalam perkembangannya, Sultan Al-Mukammil tidak senang dengan kehadiran rombongan tersebut, lalu memerintahkan Laksamana Malahayati dan pasukannya untuk menyerang orang-orang Belanda yang masih ada di kapal-kapalnya. Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh, sedangkan Frederick de Houtman tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Cornelis terbunuh di ujung rencong Malahayati.***

IKLAN 768X437 IKLAN 600X200
IKLAN 160X600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN 600X200