IKLAN 160X600
IKLAN 160X600
Kopi PahitLaporan Utama

Gernas Gagal Sejahterakan Petani Perkebunan

67
×

Gernas Gagal Sejahterakan Petani Perkebunan

Sebarkan artikel ini

Doel (Deadline News/koranpedoman.com)-Sumber daya alam Indonesia patut disyukuri, sebab sangat potensial untuk pengembangan pertanian dan perkebunan. Bagaimana tidak tanah di Negeri ini sangat subur. Sehingga dapat memberikan kesejahteraan masyarakat petani dan perkebunan.

Sebut saja masyarakat petani perkebunan Kakao (Cokelat), sejak pemerintahan Orde Baru, telah digalakkan pertanian perkebunan Kakao. Saat itu masyarakat petani Kakao sangat merasakan hasilnya. Apalagi saat krisis ekonomi moneter tahun 1998, sebab harga kakao saat itu melonjak tinggi hingga mencapai Rp,50 ribu lebih perkilogramnya.

Selama dekade pemerintahan orde baru, hingga lengsernya penguasa orde baru, masyarakat petani Perkebunan Kakao masih sempat merasakan nikmatnya harga Kakao, dan tingkat kesuburannya yang masih sangat menjanjikan. Mungkin karena faktor usia tanaman Kakao itu, sehingga mulai menurun produksinya dan harganyapun melorot hingga Rp, 10 ribu-Rp,13 ribu perkilogramnya.

Ironisnya lagi, hama penggerek buah dan batang mulai mewabah. Akibanya banyak petani perkebunan kakao gagal panen. Padahal tanaman kakao ini sangat menjanjikan masa depan masyarakat petani perkebunan kakao ini. Namun sayangnya beberapa tahun belakangan ini, produksi Kakao sudah mulai hampir hilang dipasaran, akibat masyarakat mulai malas merawat pohon perkebunan kakaonya. Sebab selain dihantam hama penggerek buah dan batang, harganya juga makin hari makin melorot.

Untuk meningkatkan produksi kakao di seluruh Indonesia, pemerintah pusat melalui kementerian Pertanian, menelorkan program gerakan nasional tanaman kakao. Gernas Kakao ini semacam memberi semangat bagi masyarakat petani perkebunan Kakao untuk tetap bergairah memelihara tanaman kakaonya. Disamping itu suntikan bantuan obat-obatan dan pupuk bersubsidi.

Adalah program sambung samping (entris) yang dilakukan pemerintah pusat melalui kementerian pertanian untuk membantu para petani perkebunan Kakao di daerah-daerah. Tehni sambung samping tanaman kakao ini, dimaksudkan untuk dapat mempertahankan, meremajakan dan meningkatkan produktivitas tanaman kakao ini. Program gernas Kakao ini, adalah metode menempelkan tanaman kakao yang masih berumur beberapa minggu, ke tanaman kakao yang sudah berumur, dengan harapan dapat memberikan hasil yang maksimal.

Programa gernas kakao ini memang memberikan dampak positif bagi masyarakat petani kakao. Hanya saja, waktunya tidak lama. Beberapa petani Kakao yang dimintai pendapatnya soal sambung samping atau sambung pucuk pada tanaman kakao, mengaku tidak memberi solusi dan hasil seperti yang diharapkan. Bagaimana tidak, justru banyak tanaman kakao mati akibat sambung samping. Sebab tanaman kakao dimana tempat melekatnya metode sambung samping itu, sudah berumur tua, sehingga tidak mampu mengimbangi tanaman yang ditempelkan padanya.

Padahal biaya program sambung samping ini menelan biaya negara ratusan milyard. Ironisnya lagi, hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan proyek sambung samping gernas kakao ini. Tegasnya patut diduga terjadi praktek monopoly. Selain itu program gernas kakao ini rawan korupsi. Sebut saja proyek gernas kakao di kabupaten Tolitoli tahun 2013 diduga sarat dengan tindak pidana korupsi.

Betapa tidak, karena rekanan yang memenangkan tender proyek program gernas ini justru mempihak ketigakan lagi. Dan pihak ketiga mensubkannya lagi langsung ke para kelompok tani perkebunan Kakao dengan harga lebih rendah dari kontra kerja pihak pertama (rekanan) pemenang tender di pusat. Misalnya di pusat harga kontraknya dengan rekanan Rp, 50 ribu perbatang. Lalu pihak pertama memberikan harga terendah kepada pihak kedua, misalnya Rp, 10 ribu perbatang . Dan pihak ke dua juga memberikan harga termurah ditingkat petani, misalnya Rp, 300 perbatang.

Dengan demikian pihak pertama (rekanan) pemenang tender di pusat sudah mengantongi untuk Rp, 40 ribu perbatang. Begitu juga dengan pihak kedua (rekanan) mensub mendapatkan keuntungan Rp, 700 perbatang, sehingga petani perkebunan hanya mendapatkan sedikit dari yang banyak. Patut diduga rekanan yang mendapatkan proyek gernas Kakao di Kementerian Pertanian mendapatkan keuntungan setengan dari nilai kontrak. Sebut saja proyek gernas Kakao tahun 2013 di Tolitoli yang nilainya mencapai Rp,11,250 miliyar.

Sementara yang disalurkan hanya sekitar Rp, 6 miliyar. Dengan demikian ada sekitar Rp,5 milyard yang masuk ke kantong rekanan dan pejabat tertentu di Kementerian dan Dinas Perkebunan Tolitoli yang menikmati sisa anggaran proyek yang tidak disalurkan itu. Adalah Cony Katiandagho, Eko Jualiantoro, Mansyur Lanta, Muhammad Nawir, Samsul Alam dan Donatus Marru yang diduga terlibat dibalik korupsi proyek Gernas Kakao tahun 2013 di Dinas Perkebunan Tolitoli itu.

Dan memang jika dicermati proyek genas kakao dengan pola sambung samping itu tidak memberikan kesejahteraan bagi petani perkebunan kakao. Bahkan banyak pohon kakao mati dan ada pula yang masih hidup namun sulit berproduksi. Kalau masih berbuah, hanya satu-satu dan diderah hama penggerek buah dan batang. Mestinya pemerintah melalui kementerian Pertanian membantu petani perkebunan kakao dalam bentuk pupuk dan obat-obatan dan racun hama penggerek buah dan batang.

Kemudian pola peremajaan tanaman kakao tidak lagi dengan cara sambung samping atau sambung pucuk. Tapi saat musim kemarau tiba, pohon kakao serentak dipangkas, sehingga pada musim hujan tiba. tangkai pucuknya tumbuh kembali, maka beberapa bulan kemudian sudah bisa berproduksi dan bisa bertahan beberapa tahun lagi. Disamping itu rawan korupsinya sangat kecil. ***

IKLAN 600X200
IKLAN 160X600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN 600X200