Zwaeb Laibe (deadline-news.com)-Aceh-Anda mungkin pernah mendengar nama Kota Jantho, sebuah daerah kecamatan yang kini menjadi Ibu Kota Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Namun, siapa sangka di balik pegunungan Bukit Barisan yang mengitari daerah yang berbatasan dengan Banda Aceh ini, menyimpan keindahan sebuah air terjun. Namanya Air Terjun Peucari.
Keberadaan air terjun yang berada di kawasan hutan di Desa Beung ini, belum banyak diketahui orang, termasuk warga di sekitar Kota Jantho sendiri. “Masih belum terekspose, air terjun ini baru ditemukan”, ungkap Ariandi, anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah (Mapala Unmuha) Aceh, yang menemani penulis mengunjungi air terjun ini.
Bagi anggota Mapala Unmuha Aceh, kawasan air terjun ini sudah mulai akrab dengan mereka. Sebab daerah ini telah dijadikan sebagai salah satu lokasi Pendidikan Dasar Kepecinta Alaman. Tak jarang mereka juga mengantar sesama pecinta alam lainnnya mengunjungi air terjun ini.
Ariandi yang akrab disapa Kompeni mengungkapkan, air terjun yang mengalir deras dari ketinggian 70 meter ini ditemukan oleh warga lokal sekitar tahun 2014. Tak heran jika nama Air Terjun Peuchari masih asing di telinga kalangan penikmat wisata alam. Selain itu, untuk menikmati gemercik air yang jatuh pada tiap undakannya yang berketinggian masing-masing sepuluh meter, dibutuhkan persiapan mental dan fisik yang matang.
Bagi seorang petualang, air terjun ini adalah pilihan yang tepat untuk sekedar menjajal hobi berpetualang di alam bebas. Rasa lelah menapaki naik turun bukit dan sembilan kali menyeberangi kelokan aliran Sungai Kleung Inong, akan terbayar begitu menyaksikan pesona panoramanya.
Di bawah air terjun terdapat telaga yang tidak begitu dalam, menyemburkan kesegaran lewat airnya yang hijau toska. Di sekelilingnya, hutan belantara yang menyegarkan mata. Di sini kita bebas berenang atau sekedar bersantai di tepian telaga. Bagi yang hobby memancing, ikan-ikan yang leluasa berseliweran di antara bebatuan di dalam telaga begitu menggoda dan menggemaskan.
Karena jarak tempuh yang memakan waktu sekitar 2,5 jam dari Desa Beung, sebaiknya memulai perjalanan dari pagi hari, sebab kawasan hutan ini kerap diguyur hujan saat hari beranjak petang. Banyak yang menginap terlebih dulu di kawasan Hutan Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh di ujung Desa Beung, sebelum memulai perjalanannya di pagi hari.
Menginap di sini merupakan ‘bonus’ sebelum menikmati perjalanan sesungguhnya. Kita bisa memilih tempat untuk memasang tenda. Jika tak membawah tenda, kita pun bisa menginap di Menara Hutan Pendidikan STIK Banda Aceh. Menara setinggi 12 meter ini menyajikan pemandangan hijaunya jejeran pegunungan Bukit Barisan yang menyejukkan mata.
Dari Kota Banda Aceh hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam untuk tiba di Kawasan Hutan Pendidikan STIK Banda Aceh, melalui jalur pesisir timur utara Aceh melintasi jalan nasional Banda Aceh-Medan.***