Sabtu pagi (6/10-2018), kami rempat (saya dan 3 orang putraku) yakni Moh.Maulan Patta, Moh.Ismail Patta dan Triputra Antasena Ramadhan, melakukan perjalanan dari Palu Provinsi Sulawesi Tengah menuju Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan, pasca gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang menerjang Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Jum’at petang (28/9-2018) sekitar pukul 18:15 wita.
Selama 8 hari 8 malam, kami menikmati hidup di pengungsian di dataran tinggi Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikolore, setelah rumah dan kantor redaksi deadline-news.com mengalami kerusakan berat diguncang Gempa di kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan.
Selama dalam pengungsian kami tetap aktif mencari dan menyebarluaskan informasi tentang kondisi dan situasi masyarakat, penyaluran bantuan dan evakuasi korban pasca gempa, tsunami dan likuifaksi yang menerjang Pasigala.
Penderitaan dan duka mendalam sangat dirasakan masyarakat Pasigala khususnya dan keluarga korban bencana alam dahsyat itu. Bahkan traumatik butuh waktu panjang untuk dipulihkan.
Namun begitu kita harus ikhlas atas segala yang telah menimpa kita. Kita tidak boleh tinggal diam, berpangku tangan. Apalagi sampai larut dalam kesedihan. Sebab sesungguhnya Allah maha tahu, tidak akan menimpahkan ujian bagi Hambanya jika kalau hamba itu tidak mampu memikulnya.
Ujian itu, memang berat, apalagi jika bentuknya bencana alam, seperti yang kita alami dan rasakan di Pasigala. Tapi disisi lain lagi boleh jadi rahmat, hidaya dan berkah.
Allah itu maha adil atas hukuman kepada Hambanya. Terbukti walau Allah telah menimpahkan bencana di tanah Tadulako, namun berkah dalam bentuk berbagai macam bantuan tetap diberikanNYA melalui hambanya yang berada di daerah lain. Sebut saja Sulbar, yang bertasan langsung dengan Donggala Provinsi Sulteng menyiapkan makan dan minuman bagi pengungsi asal Pasigala.
Bantuan dalam bentuk sembilan bahan pokok (Sembako) sudah tak terhitung nilainya dari berbagai penjuru nusantara dan dunia. Bantuan itu perlahan tapi pasti didistribusikan ke daearah-daerah terdampak langsung bencana memilukan itu.
Bencana Pasigala itu telah menelan korban jiwa 1.558 orang. Dan telah dikuburkan secara massal di pekuburan Poboya sebanyak 582 jenazah, pekuburan Pantoloan 35 jenazah, dan pemakanan keluarga 921 jenazah sesuai data sementara yang diperoleh dari coordinator media publikasi penanggulangan bencana Pasigala Sulteng Mayor Inf.Santoso Jum’at malam (5/10-2018), sekitar pukul 21:00 wita.
Berkah bencan alam itu, banyak tersedia makanan dan minuman dijalan-jalan yang disiapkan saudara-saudara kita di Provinsi tetangga yang dilalui para pengungsi.
Sebut saja Provinsi Sulawesi Barat, mulai dari perbatasan Donggala dengan Pasangkayu, masyarakat setempat menyediakan berbagai makanan dan minuman. Menariknya lagi semua warga Pasigala yang melewati daerah bagian barat Sulawesi itu dilayani dan diperlakukan bagaikan tamu agung.
Bayangkan masyarakat daerah tetangga itu berjejer disepanjang jalan mulai dari Pasangkayu, Mamuju Tengah, Mamuju, Majene, Polman dan Mamasa sambil membagi-bagikan air minum dan makanan ringan.
Mereka bahu membahu (patungan) mengumpulkan bahan makanan lalu dimasak demi membantu persediaan makanan dan minum disepanjang ruas jalan nasional Palu, Sulbar sampai ke Sulsel.
Selain itu bertruk-truk bantuan berdatangan ke Pasigala. 24 Pemerintah daerah/kota di Sulsel tambah Pemprovnya mengirimkan bala bantuan ke Pasigala.
Pemprov Sulsel sendiri telah mengirimkan 316 truk bantuan dalam bentuk sembako dan pakaian layak digunakan.
Bukan itu saja, tapi 18 Negara sahabat turut membantu pemulihan Pasigala Pasca diterjang bencana Gempa, Tsunami dan Likuifaksi yang meluluhlantakkan daerah berjuluk Tadulako itu.
Oleh sebab itu, mari kita bangkit membangun Ngata (Kampung) kita. Jangan larut dalam kesedihan yang mendalam. Jangan berpangku tangan, mari bagkitkan semangat kebersamaan, bahu membahu antara pemerintah dan masyarakat. Olehnya Pemimpin (Gubernur, Walikota dan Bupati) harus hadir ditengah-tengah masyarakat membimbing, mengarahkan dan memacu semangat menuju kebangkitan setelah terpuruk pasca gempa dahsyat itu. ***