JAKARTA (Deadline News/koranpedoman.com)—Perusahaan Umum DAMRI mencatatkan pendapatan selama sembilan bulan hingga September 2016 sebesar Rp813,91 miliar atau turun sekitar 2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan Perum DAMRI Arifin mengatakan, pendapatan usaha perusahaan pada tahun ini mencapai Rp813,91 miliar. Angka tersebut, paparnya, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yakni Rp831,4 miliar.
“Dibandingkan [selama] triwulan III/2015 pendapatan turun 2%,” kata Arifin, Jakarta, seperti dilansir bisnis.com Selasa (8/11).
Penurunan jumlah pendapatan perusahaan hingga kuartal ketiga tahun ini, dia mengungkapkan, salah satunya karena adanya kendaraan umum berbasis aplikasi – khususnya kendaraan yang beroperasi ke Bandara Soekarno-Hatta.
Tanpa menyebutkan nilainya, dia mengungkapkan, pendapatan bus perusahaan yang beroperasi ke Bandara Soekarno-Hatta selama sembilan bulan tahun ini mengalami penurunan sekitar 10%-20%.
Terkait dengan penurunan pendapatan tersebut, dia mengatakan, perusahaan akan melakukan perubahan guna mendongkrak pendapatan perusahaan. Akhir tahun ini, paparnya, perusahaan akan melakukan banyak perubahan.
Perubahan itu, ungkapnya, dari sisi tampilan kendaraan, karyawan, maupun sistem operasional. “Walaupun tidak bisa seperti membalik telapak tangan, namun DAMRI telah berkomitmen untuk berubah ke arah yang lebih baik, lebih menjual, lebih ramah, dan lebih aman,” katanya.
Mengenai perubahan sistem, perusahaan akan menggunakan passenger information system (PIS) baik yang dibangun oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek maupun yang akan dibangun oleh perusahaan sendiri.
Perusahaan juga, dia menambahkan, pada tahun depan akan melakukan digitalisasi administrasi sistem pelayanan. Perusahaan, paparnya, berencana membuat aplikasi pemesanan DAMRI melalui sistem telepon pintar android.
Terkait dengan waktu dikeluarkannya sistem pelayanan baru tersebut, dia menuturkan, masih belum bisa memberitahukannya. “Saya belum bisa jawab, nanti saya konfirmasi dengan pengembangnya ya,” kata Arifin
Menanggapi hal tersebut, Ketua Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia Darmaningtyas mengungkapkan, DAMRI harus terus memperbaiki pelayanan yang dimilikinya.
Dia mengungkapkan, masyarakat lebih memilih menggunakan angkutan umum sewa berbasis aplikasi atau angkutan lainnya karena mereka bebas memilih waktu keberangkatan ke bandara yang akan dituju.
Kondisi tersebut berbeda dengan angkutan DAMRI. Masyarakat pengguna angkutan umum DAMRI menuju bandara, paparnya, tidak bisa mengatur waktu keberangkatan sendiri. “Saya naik DAMRI kalau waktunya ruang,” katanya.
Dia mengungkapkan, masyarakat terkadang lebih memilih membayar mahal agar tidak telah sampai bandara. Oleh karena itu, paparnya, perusahaan harus meningkatkan ketepatan waktu berangkat menuju bandara.
Tidak hanya meningkatkan ketepatan waktu keberangkatan, perusahaan bisa mengoptimalkan armada antar kota antar provinsi (AKAP) yang dimilikinya untuk mengangkut barang-barang seperti dokumen atau paket. ***