Asnawi (deadline-news.com) – Palusulteng – Teluk Palu, disamping pesona budayanya yang khas, juga memiliki daya tarik tersendiri yang bisa memanjakan mata pengunjung. Kota yang terkenal dengan sebutan tiga dimensi (Gunung, Teluk dan Lembah) ini memang pantas jadi incaran pelancong, sebab selain pemandangannya yang eksotis, suguhan makanan khas yang lekat dengan semua lidah juga menjadi daya tarik tersendiri.
Masyarakat lokal menyuguhkan makanan khas Palu, seperti burasa, putu, nasi kuning dan lainnya. Kebanyakan makanan khas itu disuguhkan saat sore hingga malam hari di sepanjang pantai Teluk Palu.
Nasi kuning khas Palu, misalnya yang biasanya disajikan dengan kuah santan dan taburan bawang goreng Khas Palu, lalu dikemas dengan daun pisang, menambah citarasa yang lebih.
Sama halnya dengan nasi kuning, kue putu juga mudah ditemukan. Jajanan khas Palu ini terbuat dari ketan yang berbentuk silinder dicampur dengan bumbu khusus dan ditaburi dengan parutan kelapa. Putu disajikan bersama dengan ebi yang dibumbui saus tomat.
Makanan khas lainnya yang juga tidak kalah nikmatnya adalah burasa.
Jajanan ini bisa awet hingga 3 hari, karena dimasak dengan cara direbus selama lebih dari 4 jam. Burasa ini terbuat dari bahan beras yang diolah dengan santan kelapa dan garam, sehingga rasanya gurih.
Salah satu pedagang makanan khas, di Teluk Kota Palu, Ifonilawati (45) kepada wartawan Pesona.Com, Ahad siang mengatakan, akhir pekan memang banyak pengunjung yang datang menikmati keindahan Teluk Palu, ada yang mandi laut, berselfie, adapula yang hanya menikmati keindahan mentari pagi.
“Banyak yang datang mandi-mandi. Ada yang dari luar daerah maupun orang lokal,” kata dia.
Untuk menemani para pengunjung, warga Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi itu menyuguhkan makanan khas Kaili, seperti nasi kuning, burasa, dan kue putu.
“Banyak pengunjung yang minat,” tutur Ifon.
Di akhir pekan seperti ini, ia bahkan menyiapkan kue Putu hingga 400 bungkus, burasa 150 bungkus dan nasi kuning 150 bungkus. Harganya memanjakan isi dompet, dan mampu mengganjal perut.
Untuk kue putu dijual Rp5 ribu per bungkus, burasa Rp3 ribu per bungkus, sementra nasi kuning Rp8 hingga 15 ribu (tergantung pesanan). Dalam sehari, ia bisa meraup keuntungan hingga Rp 2 juta. Jika sepi pengunjung hanya Rp 1,5 juta.
“Kalau hari Minggu, saya jualan dari jam 6 pagi. Bisanya jam 9 sudah habis,” bebernya.
Meski begitu, dirinya hanya menjual makanan khas Palu pada akhir pekan atau hari libur saja. Dirinya lebih banyak berjualan di SMA Negeri 4 Palu. “Dari hari Senin hingga Sabtu kecuali libur, saya jualan di sekolah. Ada nasi kuning, nasi putih, gorengan dan minuman dingin. Hasilnya, Alhamdulillah,” kata Ifonilawati.
Ia menambahkan, Teluk Kota Palu lebih banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara saat akhir tahun. Sebab, wisatawan datang untuk merayakan natal maupun tahun baru di kota Palu. (dikutip di Pesonasultengblogspot.com).***