Kurang lebih tiga tahun pemerintahan duet Hadianto Rasyid, SE-Renny A Lamadjido, M.Kes memimpin kota Palu, pembangunan, kebersihan dan keindaham kota Palu mulai nampak.
Pasca bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang memporak-porandakan kota ini lima tahun lalu, mulai terasa pembangunannya disana sini.
Begitupun perekonomiannya bergeliat, kebersihan dan penataan kotanya nampak terasa. Memang banyak tantangan yang dihadapi pemerintahan Hadianto – Renny.
Sebab ada kebijakannya yang dianggap tidak lazim. Sehingga terkesan membebani masyarakat.
Salah satunya adalah penghapusan kantong kresek atau plastik di pusat-pusat perbelanjaan moderen, seperti di swalan, alfamidi, indo maret, rumah-rumah makan dan restoran.
Akibatnya ketika masyarakat berbelanja dan tidak membawa tas belanja, maka mau tidak mau harus membeli tempat belanja yang juga berbahan plastik dengan harga Rp,3000-Rp,4800 1 biji tas berbahan plastik itu.
Selain itu biaya kebersihan angkutan sampah Rp, 35.000 perbulan satu rumah untuk sampah rumah tangga. Sedangkan sampah material bangunan atau dahan pohon yang ditebang harus menyiapkan biaya ekstra Rp, 200 ribu hingga Rp,500 ribu atau tergantung volume sampahnya.
Tapi memang kota Palu mulai kelihatan bersih, indah dan rapi. Sekalipun masih terkadang ada drainase atau saluran air mampet akibat tumpukan sampah dan genangan air yang menimbulkan bau tak sedap yang menyengat hidung.
Hal ini terjadi karena pihak dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota (DLH) tidak rutin membersiha parit-parit dalam kota palu itu. Sekalipun sudah ada petugas kebersihan ditiap-tiap kelurahan.
Seperti yang sering kita jumpai di saluran ruas jalan M.Yamin, tepatnya di depan lapangan vatulemo dan jalan tanjung dako banyak tumpukan sampah dalam saluran air.
Sehingga ketika hujan deras mulai turun, air meluber ke badan jalan, sampah-sampahpun berserakan dimana-mana. Mestinya sebelum musim hujan tiba, DLH bersegera membersih saluran-saluran air dalam kota.
Tapi disisi lain perbaikan infrastruktur ruas jalan dan sebagian drainase dalam kota cukup memadai pembangunannya. Sebut saja wilayah Palu Timur, Mantikolore, Palu Utara, Palu Selatan, sebagian ulujati, tatanga dan Palu barat.
Di Palu selatan misalnya masih kita jumpai kerusakan ruas jalan garuda, adam malik, bulili dan beberapa ruas jalan lingkungan kompleks perumahan.
Begitupun di Palu Barat masih kita jumpai jalan-jalan berlubang-lubang dan sebagian di mantikolore.
Namun begitu kota Palu terus bersolek, menata perparkiran, kebersihan, peningkatan jalan dalam kota dan pemasangan asesoris di jembatan satu dengan hiasan corak batik yang kelihatan cantik dimalam hari dengan cahaya lampu listrik.
Bukan itu saja tapi juga kita dapat menjumpai kawasan wisata kuliner dalam lorong seperti di jalan teluk tomini di belakang RRI Palu, jalan gunung bosa di samping Samsat Palu, jalan jabal nur (hutan) kota dan pantai talise.
Kemudian rehabilitasi lapangan vatulemo atau lapangan walikota dan bundaran hasanuddin akan menambah kecantikan kota Palu kedepan.***