Ilong (deadline-news.com)-Kaltim – Agar siswa gemar membaca buku, banyak rekayasa yang harus dilakukan sekolah. Tanpa rekayasa yang terprogram, kebiasaan membaca buku juga tidak akan tumbuh. Salah satu yang penting adalah rekayasa menarik sumbangan buku dari masyarakat.
Sekolah-sekolah yang sudah menerapkan program literasi, biasanya mengalami kendala kekurangan buku saat program tersebut sudah berjalan. Siswa masih mau membaca buku, tetapi buku-buku yang bagus sudah terbaca semua. Hal ini bisa menurunkan semangat dan minat siswa untuk membaca.
Misalnya di SD 12 Kutai Kartanegara. Semenjak dilatihkan program budaya baca, sekolah mitraTanoto Foundation ini sudah mulai menjalankan program literasi.Namun menurut Siti Albani, sekolahnya masih kekurangan banyak buku.
“Buku di sekolah banyak sudah dibaca siswa. Strategi kami adalah kami akan memutar buku yang ada di pojok baca di setiap kelas ke kelas-kelas yang lain,” ujarnya.
Di sekolah-sekolah lain, beberapa strategi telah dilakukan untuk mendulang buku dari masyarakat, seperti berikutini:
Madrasah Ibtidaiyah Asy Syauqi Kutai Kartanegara: Bekerjasama Dengan Perusahaan
Madrasah Ibtidaiyah Asy Syauqi langganan membeli buku paket pelajaran pada sebuah perusahaan buku. Dengan cerdik, sang kepala madrasah, ibu Iip Syarifah, sebagai timbalbalik pembelian buku tersebut, mengusulkan perusahaan membantu meningkatkan budaya literasi sekolah.
Ia mengusulkan perusahaan mengadakan reading day per kelas tiap minggu. Usul tersebut diterima. Perusahaan sesuai jadwal membawa banyak buku cerita ke kelas. Selama kurang lebih 1 jam, para siswa membaca dan menceritakan isi buku bacaan. Perusahaan memberikan hadiah buku carita bagi siswa yang berani bercerita di depan teman-temannya dengan baik. Kegiatan seperti ini sudah berlangsungd ua kali.
Selain itu, ibu Iip juga membentuk paguyuban kelas dan mengorganisasikannya lewat grup di whats apps. Lewat aplikasi tersebut, ia menghimbau orang tua siswa yang tergabung di dalamnya menyumbangkan buku. Saat penyerahan buku, gambar-gambarnya juga ia share di grup, sehingga memantik orang tua lainnya untuk perduli.
MI AL Aula Balikpapan :Mengumpulkan Buku dari Paguyuban Kelas dan Arisan Buku
Komite atau paguyuban kelas di Mi Al Aula cukup aktif untuk mengumpulkan buku. Ketua komite kelas 1 yang sering datang kesekolah, menghimbau para anggota paguyuban untuk menyumbangkan buku di rumah masing-masing untuk diletakkan di sudut baca. Selain kegiatan tersebut, siswa kelas V Mi Al Aula juga punya kreatifitas. Mereka membuat arisan buku. Seluruh siswa mengumpulkan uang untuk satu orang, dan hasilnya dibelikan buku yang kemudian diletakkan di pojokbaca.
SDN 003 Tenggarong: Menarik Buku dari Calon Alumni
Untuk menambah jumlah buku, SDN 003 Tenggarong mewajibkan para siswa yang mau lulus menyumbangkan minimal 1 buku cerita ke sekolah. Buku tersebut kemudian distempel tersendiri. Stempel alumni. Setiap lulusan sekolah, rata-rata sekolah mendapatkan 60 buku dari alumni.
“Cukup banyak untuk menambah buku di sudut-sudut baca, yang kami rolling kesudut baca kesetiap kelas yang lain,” ujar Kurnia, guru sekolah tersebut.
Mendulang buku di MTs Balikpapan; Program Koinku untuk Buku
MTs 1 Balikpapan memiliki cara unik untukmendulang buku. Sekali sebulan pada hari Senin saat sehabis upacara, sekolah mengadakan sumbangan koinku untuk buku atau disingkat kutu buku. Siswa yang ditunjuk khusus berkeliling menyodorkan kotak sumbangan. Karena jumlah siswa di madrasah tersebut berjumlah lebih dari 1000, hasil yang didapat cukup banyak, kurang lebih Rp,1 juta dalam sekali pengumpulan. Uang yang didapat dibelikan buku lewat kelompok literasi yang aktif di Balikpapan yaitu Komunitas Bikers Sosial.
“Buku yang didapat lebih murah dan lebih variatif, sesuai selera siswa,” kata ibuUmmi Putri Balia, penggagas gerakan koinku untuk buku di madrasah ini. Sekolah saat ini telah membuat pojok baca, taman baca di tengah sekolah, dan juga jadwal membaca rutin.
SMPN1 Balikpapan: LombaPerpustakaan Mini Kelas
Atas inisiasi ibu Aryanti, SMPN Balik papan mengawali gerakan literasi di sekolah tersebut dengan mengadakan lomba perpustakaan mini kelas. Mereka membentuk kepanitiaan yang terdiridari guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Mereka mengundang orang tua siswa dan mengumumkan bahwa sekolah akan memulai gerakan literasi dengan lomba perpustakaan mini kelas yang akan dikelola orang tuasiswa. Salah satu kriteria ikut lomba perpustakaan mini kelas adalah bukunya harus berjumlah minimal 60 eks dan sesuai dengan usia anak.
Karena persyaratan jumlah buku tersebut, orang tua siswa berlomba-lomba menyumbangkan buku kesekolah untuk diisikan di perpustakaan mini di kelas. Buku yang terkumpul dari lomba ini lebihdari 600 buku.
Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama Balikpapan: Arisan dan Pengajian Penggalangan Dana
Pak Gunanto, kepala madrasah MINU, bukan hanya kepala madrasah biasa. Ia merupakan pedakwah aktif di komunitas. Untuk membangkitkan peranserta masyarakat, ia menggagas pertemuan rutin. Isi pertemuan adalah pengajian, arisan dan penggalangan dana. Saat pertemuan, dia melaporkan keadaan keuangan sekolah, pengeluaran dan pendapatan, serta kebutuhan yang masih harus dipenuhi. Penggalangan dana dilakukan lewat kotak amal, dan sumbangan bulan berjalan. Hasil sumbangan dibelikan untuk kebutuhan sekolah, salah satunya buku-buku yang mengisi pojok baca dan tamanbaca.
“Lewat pertemuan rutin dengan masyarakat, masyarakat menjadi lebih terikat dengan kita. Mereka menjadi lebih perduli dengan program sekolah, termasuk program literasi,” ujarnya.
Masih banyaktrik-trik lain yang telah dijalankan banyak sekolah untuk memperoleh buku. Sekolah-sekolah mengajukan proposal keperusahaan, perpustakaan daerah atau toko-tokobuku. Sekolah bisa juga menyelenggarakan bazar buku dengan penerbit buku atau ikut dalam kegiatan-kegiatan literasilain.
Bekerja sama denganDinas Pendidikan dan Kemenag, Tanoto Foundation berusaha terus menerus meningkatkan budaya baca di sekolah-sekolah di daerah mitranya. Tanoto Foundation di awal tahun 2019 ikut menyumbangkan buku bagi 44 sekolah-sekolah mitra SD dan MI yang ada di Balikpapan, Kutai Karta negara dan Samarinda. Masing-masing sekolah mendapatkan 70 buku cerita, atau totalnya 3080 buku. (rilis Tanoto Foundation).***